
Tentang Rasa
Pernah tidak kamu berpikir bagaimana hidup ini berjalan bila semuanya berdasarkan rasa seseorang? Bila semua rasa dituruti?

Bila semua rasa dituruti, tidak akan ada keteraturan. Bayangkan waktu kamu sedang mengukur takaran tapi yang kamu gunakan bukan kg, ml, atau gr tapi hanya berdasarkan kata ‘saya rasa cukup’. Contoh lain. Pas keluar ponsel terbaru, kamu merasa ingin memilikinya tanpa berpikir logis tentang biaya yang akan dikeluarkan dan bagaimana hal itu berpengaruh dalam masalah finansialmu. Hanya berdasarkan rasa, kamu akhirnya memberikan kesempatan berkali-kali kepada orang yang tidak seharusnya ada dalam kehidupanmu. Itu adalah contoh-contoh sederhana yang mungkin akan kalian temukan dalam kehidupan ini.
Hidup ini tidak hanya menuntut mereka yang ada di dalamnya hanya hidup berdasarkan apa yang dirasakan. Ada logika, ada pemikiran rasional, yang juga diberikan agar bisa menimbang-nimbang atau menilai sebuah perasaan. Itulah gunanya: sebagai penimbang kita rasa mulai mendominasi. Sebagai “pengimbang” dari keputusan-keputusan yang ada. Beberapa rasa datang hanya untuk sebagai penguji, pendistraksi ataupun sebagai “pelatih” yang konsisten membuatmu semakin cerdas untuk menimbang mana yang harus diambil atau tidak. Rasa juga diberikan sebagai penanda. Apa yang seharusnya ada dan apa yang seharusnya tak ada. Jangan pernah selalu mengikuti apa yang dirasakan. Logika akan selalu membantu agar kau tidak terjatuh dari satu kebodohan ke kebodohan lainnya. At least kamu tidak menjatuhkan dirimu kepada pencobaan-pencobaan yang tidak esensial dalam kehidupanmu.
